Home >>Blog >Icip-icip Kuliner

Terry Endropoetro's avatar

Wedangan Pak Wiryo - Makan Kenyang Sesuai Kantong

Kalau di Yogya ada nasi kucing atau dikenal dengan angkringan, di Solo ada wedangan. Keduanya punya kemiripan, yaitu porsinya sedikit-sedikit. Bedanya, pilihan menu wedangan lebih 'meriah'.

"Ah, warungnya buka!" kata Rizal Misilu. Dari mana Rizal tahu? Ternyata buka atau tidaknya warung ditandai dengan menyala atau tidak lampu di ujung tiang yang ditutupi ember berwarna merah. Jadi dari jauh bisa terlihat, kalau ember merah menyala artinya wedangan buka. Keren, ya!

Itu salah satu ciri khas Wedang Pak Wiryo. Warung makan yang dimulai oleh Wiryo Soemarto pada 1958 ini sederhana. Mulai dari teras sampai di bagian dalam warung disusun meja-meja dan bangku panjang.

Di setiap meja ada sebaskom jadah (ketan) yang sudah dipotong-potong. Nasi dengan porsi 'ngirit' dibungkus dengan daun pisang. Di atas meja berjajar beragam lauk, seperti rica bebek, karang gesing, telur pindang, bacem tahu, bacem tempe, tahu dan tempe goreng.

Banyak juga lauk yang ditusuk seperti sate. Telur puyuh, usus, ati-ampela, kikil, keong, kerang. Bahkan ada sate yang terbuat dari tepung gandum, khusus buat para vegetarian yang rindu daging.

Itu baru di meja saya, melirik di meja sebelah ada saja lauk lain yang berbeda. Dan Anda boleh-boleh saja menjelajah meja orang lain mencari lauk. Di sini, siapa pun bebas duduk di mana mereka suka. Jangan harap Anda mendapat perlakuan istimewa karena penampilan. Mau datang dengan tangan penuh gelang emas dan kalung berlian, tak boleh risih kalau seorang tukang becak duduk di sebelah Anda. Wedangan menggambarkan tak adanya kelas sosial. Semua makan bersama, berbagi lauk di satu meja.

Di sini minuman andalannya adalah wedang jahe, yang bisa dipadukan dengan kopi, susu, cokelat, tape, atau jeruk. Boleh kok, datang hanya minum wedang jahe sambil makan pisang goreng, tahu isi, dan martabak isi tahu. Tapi biasanya tetap tergoda mencomot apa yang ada di atas meja.

Naaah, Wedangan Pak Wiryo ini punya menu andalan. Namanya APOLLO, berupa jadah bakar dengan isian cokelat, harganya Rp3.000 per buah. Ukurannya lebih kecil dari telapak tangan. Gurih di luar, manis di dalam. Kalau dituruti mungkin saya bisa menghabiskan 10 buah! Alasan mengapa dinamakan Apollo tak bisa saya temukan. Ketika bertanya pada ibu penjual pun dia hanya tersenyun. "Laaah, piye toh, Bu? Kulo sampun mbayar lho," kata saya, dan beliau hanya tertawa. █

WEDANGAN PAK WIRYO
Jl. Perintis Kemerdekaan No.25 Lawean, Solo
Jam buka: 17.00 - 23.00 wib
Harga: Rp15.000 sudah kenyang dan gembira.


Comments (2)

Topic:
Sort
0/5 (0)
Facebookdel.icio.usStumbleUponDiggGoogle+Twitter
Gravatar
Dita Indrihapsari says...
Wedangan ini salah atau yang ngangenin di Solo ya mba.. Aku paling suka makan sama bacemnya plus sate-satean, apalagi kalo ada paru.. Diakhiri wedang jahe, nikmaaat.. Murah pula.. :D
Gravatar
Terry Endropoetro says...
Kalau sudah di depan meja malah bingung mau makan apa hahahaha

Add Comment

* Required information
(never displayed)
 
Bold Italic Underline Strike Superscript Subscript Code PHP Quote Line Bullet Numeric Link Email Image Video
 
Smile Sad Huh Laugh Mad Tongue Crying Grin Wink Scared Cool Sleep Blush Unsure Shocked
 
2000
 
Notify me of new comments via email.